Garuda Indonesia Hindari Terbang di Wilayah Udara Iran

Maskapai Garuda Indonesia (Foto: Ist)

Pelitasumatera.com, JAKARTA – Maskapai Garuda Indonesia, pastikan jalur udara untuk rute penerbangan di kawasan Eropa dan Timur Tengah, tidak melewati kawasan udara Selat Hormuz, Iran.

Hal tersebut menyusul adanya larangan terbang yang dikeluarkan Otoritas Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA), pasca ketegangan yang tengah terjadi di kawasan udara di Selat Hormuz, Iran.

“Dapat kami pastikan jalur udara untuk rute penerbangan Eropa dan Timur Tengah yang dilayani Garuda Indonesia, tidak melewati kawasan udara tersebut,” tutur Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia M. Ikhsan Rosan, Selasa (25/6/2019).

Dengan demikian seluruh layanan operasional Garuda Indonesia pada rute Eropa dan Timur Tengah tetap berlangsung normal seperti biasa.

Meski begitu, Garuda Indonesia tetap memantau secara intensif perkembangan lebih lanjut kondisi ketegangan di Iran. Serta berkoordinasi bersama seluruh pemangku kepentingan terkait dalam memastikan aspek safety and security layanan operasional agar tetap terjaga.

“Bagaimana pun juga, Garuda Indonesia tetap mengutamakan keselamatan penerbangan,” pungkas Ikhsan.

Sebelumnya, Singapore Airlines (SIA) adalah salah satu dari beberapa maskapai penerbangan global yang mengalihkan rute penerbangan untuk menghindari wilayah udara yang dikontrol Iran di atas Selat Hormuz dan Teluk Oman.

Demikian menurut pengumuman yang dikeluarkan pada Jumat 21 Juni 2019, setelah regulator penerbangan AS melarang maskapainya mengudara di area itu sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Perintah darurat yang dikeluarkan Kamis 20 Juni dari Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) muncul setelah Iran menembak jatuh drone AS dengan rudal jenis surface-to-air missile, yang memicu kekhawatiran tentang ancaman terhadap keselamatan maskapai penerbangan komersial.

Serangan drone Global Hawk yang tidak bersenjata, yang dapat terbang hingga 18.300 meter, adalah yang terbaru dalam serangkaian insiden di wilayah Teluk, sebuah arteri kritis untuk pasokan minyak global, yang jadi target dan memicu ledakan pada enam kapal tanker minyak.

Menurut aplikasi pelacakan penerbangan, FAA mengatakan, pesawat sipil terdekat beroperasi dalam jarak sekitar 45 mil laut dari pesawat tanpa awak itu ketika ditembak jatuh.

“Ada banyak pesawat penerbangan sipil yang beroperasi di daerah itu pada saat pencegatan,” kata FFA, seraya menambahkan bahwa pelarangannya akan tetap diberlakukan sampai pemberitahuan lebih lanjut seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (22/6/2019).

Beberapa jam sebelumnya, United Airlines menangguhkan penerbangan antara bandara New Jersey Newark dan ibu kota India di Mumbai setelah ada tinjauan keamanan.

Seorang juru bicara SIA mengatakan kepada CNA bahwa karena “ketegangan yang sedang berlangsung”, beberapa penerbangan mungkin mengambil rute yang sedikit lebih lama untuk menghindari daerah Selat Hormuz yang terkena dampak.

Keputusan tentang penggunaan ruang udara didasarkan pada beberapa faktor, kata SIA, termasuk cuaca, kondisi keselamatan dan keamanan, nasihat dari badan internasional dan regional, informasi dari konsultan keamanan independen eksternal dan segala batasan yang mungkin diberlakukan oleh otoritas nasional yang bertanggung jawab atas wilayah udara tersebut.

“Keamanan pelanggan dan kru kami adalah prioritas nomor satu kami dan kami terus-menerus meninjau area yang kami gunakan. Singapore Airlines hanya memilih rute yang aman dan telah dibersihkan untuk digunakan oleh pihak berwenang.”

“Kami akan terus memantau situasi dengan cermat,” kata juru bicara itu.

Maskapai lainnya seperti Malaysia Airlines, Qantas Airways Australia, Lufthansa Jerman, British Airways dan KLM Belanda juga mengatakan mereka mengalihkan rute penerbangan untuk menghindari daerah tersebut. (net)