Pelitasumatera.com, PALEMBANG – Pemutusan sambungan listrik di komplek Jakabaring Sport City (JSC) Palembang kini mulai dirasakan sejumlah atlet yang biasa menggunakan venue untuk berlatih.
Salah satunya di cabang olahraga loncat indah. Akibat tak adanya aliran listrik di venue akuatik, kini sejumlah atlet tersebut harus memaksakan diri latihan dengan kondisi air yang sudah berlumut.
Pelatih Atlet Loncat Indah Sumsel, Meirizal Usra mengatakan, sudah lebih dari dua bulan air yang berada di kolam venue akuatik tak pernah dilakukan penyaringan atau sirkulasi, sehingga kondisi mulai berlumut. Terlebih, PT JSC selaku pengelola juga sudah tak lagi memberikan filter air secara kimia.
“Karena tidak ada sambungan listrik di venue maka mesin akan untuk penyaringan air tidak dapat difungsikan,” katanya, Selasa (2/7/2019).
Meirizal bilang, akibatnya kini atlet yang dipersiapkan untuk pra Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 di Papua tersebut terpaksa menggelar latihan dengan kondisi air yang sebenarnya sudah tidak layak tersebut.
“Atlet bahkan sering mengeluhkan gatal-gatal usai latihan,” katanya.
Tak hanya itu, kondisi air yang sudah berlumut tersebut sebenarnya cukup berbahaya bagi atlet jika sampai tertelan. Sebab kondisi air yang sudah tercemar tersebut bisa menyebabkan atlet terserang penyakit.
“Ada juga atlet yang mengeluh sempat tertelan air, kemudian keesokan harinya terserang diare. Oleh karena itu, saya selalu ingatkan untuk memperbanyak konsumsi air mineral setelah melaksanakan latihan,” katanya.
Sebagai seorang pelatih, kata Meirizal, sudah melakukan berbagai cara agar kondisi tersebut dapat segera teratasi. Namun, usaha yang dilakukan selama ini seolah tidak membuahkan hasil.
“Dengan kondisi seperti ini, saya juga tidak bisa memaksakan atlet untuk berlatih. Namun, saya hanya selalu bisa mengingatkan kepada mereka (atlet) jika ingin berprestasi maka harus terus latihan. Oleh karena itu, atlet ini masih bertahan meskipun dengan kondisi terbatas,” katanya.
Selain itu, akibat tidak adanya aliran listrik, maka waktu latihan yang dilakukan setiap hari pun terpaksa dipercepat. Jika bisanya latihan digelar pada pukul 15.30 WIB hingga pukul 19.30 WIB. Kini hanya bisa sampai pukul 18.00 WIB. Hal itu dikarenakan tidak adanya penerangan lampu di dalam venue.
“Pernah juga kita latihan terpaksa membawa genset dan lampu emergency untuk penerangan. Semuanya itu merupakan properti pribadi,” katanya.
Pria yang sudah sekitar 30 tahun menjadi pelatih ini menambahkan, bisa saja sebenarnya membawa sejumlah anak asuhannya untuk berlatih di tempat lain. Namun, dengan kondisi dana pembinaan yang sangat minim membuat hal itu sulit direalisasikan.
“Saat ini ada 22 atlet yang aktif menjalani latihan. Mau tidak mau jika ingin berprestasi maka kami hanya bisa bertahan dengan kondisi yang ada,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT JSC, Mirza Mursalin mengakui jika saat ini pengelola memiliki masalah dalam hal pembayaran listrik, sehingga menyebabkan diputusnya sambungan listrik ke beberapa venue yang ada di kawasan tersebut.
“Ya, kita memang ada tunggakan listrik kepada PLN. Nilainya lumayan lah,” katanya.
Meski begitu, kata dia, saat ini pihaknya tengah berupaya mencari jalan keluar agar permasalahan tersebut dapat segera terselesaikan.
“Sedang kita upayakan. Semoga dalam minggu-minggu ini dapat segera selesai,” katanya. (kur)