Pelitasumatera.com, OKI – Pemerintah Australia melalui Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) berkomitmen membantu pemerintah Kabupaten OKI dalam pengelolaan gambut yang berkelanjutan melalui proyek kolaborasi ‘Gambut Kita’.
Proyek ‘Gambut Kita’ dimaksudkan untuk mendukung restorasi lahan gambut serta memaksimalkan gambut jadi lahan kehidupan masyarakat secara ekonomi untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan.
“Langkah konkritnya adalah mencegah kebakaran melalui pengelolaan penyebab dan pemicu. Lalu terpenting yaitu opsi mata pencaharian yang inklusif dan berkelanjutan bagi masyarakat sekitar, meningkatkan aspek kelembagaan, serta menyediakan rekomendasi kebijakan terkait Karhutbunlah dan restorasi gambut,” ungkap Kepala Badan Litbang dan Inovasi KLHK, Dr. Agus Yustianto pada rapat steering comite Proyek ACIAR di Jakarta, Selasa (10/9/2019).
Indonesia dengan lahan gambut sekitar 15 juta hektar, tambah Agus, memiliki permasalahan cukup kompleks karena tidak hanya melibatkan masalah teknis, tetapi juga masalah sosial-ekonomi, lingkungan, dan bahkan politik.
Untuk itu, pemerintah telah melakukan banyak hal untuk mempertahankan gambut yang tersisa, menyediakan infrastruktur untuk mencegah dan memadamkan kebakaran, serta memulihkan lahan gambut yang terdegradasi.
Riset yang dilakukan para ahli menurut dia diperlukan untuk mendukung para pembuat kebijakan dan praktisi.
“Saya yakin proyek ini mendukung dan mempercepat keberhasilan upaya pemerintah Indonesia dalam memadamkan api dan memulihkan lahan gambut, yang juga merupakan tanggung jawab kita semua disini,” tuturnya.
Sementara Bupati OKI, H. Iskandar, SE yang hadir langsung pada acara tersebut menyambut baik upaya manajemen gambut berkelanjutan yang akan dilakukan di Ogan Komering Ilir. Sebagai daerah dengan potensi lahan gambut mencapai 540.750 Ha potensi kebakaran hutan dan lahan sangat tinggi.
“Namun berbagai langkah konstruktif terbukti mampu mengurangi dampak bencana Karhutla dari tahun-tahun sebelumnya. Sejak 2016 sampai dengan sekarang, OKI tidak lagi menjadi kabupaten penyumbang asap dan titik panas, berkat sinergi pemerintah pusat/daerah, perusahaan, stake holder hingga masyarakat,” ujarnya.
Iskandar mengungkap upaya pencegahan melalui pengelolaan gambut berkelanjutan penting untuk mencegah kebakaran hutan, kebun dan lahan.
“Jadi dari sekian ribu hektare gambut di OKI adalah lahan kehidupan baik itu dimanfaatkan untuk lahan pertanian dalam arti luas. Jadi penting untuk memberi penghidupan kepada masyarakat sekitar gambut melalui mata pencaharian inklusif untuk mencegah kebarakan,” tuturnya.
Sementara Dr. Daniel Mendham, peneliti CSIRO Australia dalam paparannya mengungkap fokus riset yang dilakukan pada proyek ‘Gambut Kita’ untuk mengembangkan pengetahuan baru berupa penyebab dan pemicu kebakaran lahan gambut, opsi mata pencaharian bagi masyarakat sekitar gambut, pengelolaan tanah air gambut, kesenjangan kebijakan pengeloaan gambut serta manajemen pengetahuan pengelolaan gambut.
Proyek ini tambahnya untuk mendukung pemerintah Indonesia mengurangi pembakaran dan kabut asap namun menurut Daniel keterlibatan para pemangku kepentingan merupakan kunci.
“Keterlibatan pemangku kebijakan merupakan kunci agar pekerjaan ini relevan dengan upaya restorasi,” ungkapnya. Adapun fokus riset di Kabupaten OKI akan dilaksankan di Desa Kayulabu Kecamatan Pedamaran Timur. (leo)