Pelitasumatera.com, PALEMBANG – Cara rider Repsol Honda, Marc Marquez meraih gelar kedelapannya musim ini sangat beresiko.
Walau bisa mengunci gelar lebih awal dan pertarungan tak sampai final Valencia, tapi tetap saja tak mudah untuk Marquez.
Ia mengalami highside di sesi FP1 MotoGP Thailand, membuatnya sempat masuk rumah sakit, kemudian di balapan hari Minggu beberapa waktu yang lalu, ia sebenarnya tak harus nekat mengalahkan rider Satelit Petronas Yamaha SRT, Fabio Quartararo, untuk menjadi juara dunia, tapi Marquez tetap melakukannya.
Publik bertanya-tanya bagaimana jagoan Spanyol itu mengendalikan mesinnya dengan sangat baik dalam segala situasi, ternyata anggota timnya sendiri juga bertanya- tanya, dan tak tahu pasti dengan limit seorang Marquez.
“Ada banyak hal tentang Marquez yang tidak bisa kami jelaskan, kami tidak tahu bagaimana dia melakukannya.
Itu sebabnya motor sangat menarik. Kami tidak bisa berhenti. Selalu ada hal untuk dipelajari,” kata Direktur Teknis Repsol Honda, Takeo Yokoyama kepada Marca, sebagaimana dimuat Tuttomotoriweb.
“Dia tahu apa yang harus dia lakukan. Dia selalu mampu mengendalikan semuanya.
Itu sebabnya saya percaya bahwa jika dia mencapai batas potensinya, dia bisa lebih cepat ketimbang saat ini.
Tapi dia mencoba untuk mengendalikan semuanya karena pada akhirnya, itu berarti menjadi teratur.
“Jika kita dapat menjelaskan secara terperinci apa yang kita lakukan, itu artinya kita memiliki margin, begitulah untuk semua orang. Ini berarti bahwa dia masih memiliki margin,” sambung pria Jepang itu.
Salah satu orang yang paling dekat dengan Marquez, Santi Hernandez, yang menjabat sebagai kepala kru juga punya pandangan serupa dengan Yokoyama.
“Saya tidak tahu di mana limit Marquez. Berapa batas untuk (Rafael) Nadal di Roland Garros? Kita tidak tahu, tapi dia selalu tampil 200%, dan jika dia kalah, dia tetap dengan mentalitas yang sama untuk memenangkan semua poin, demikian juga dengan Marquez agak seperti itu. Marquez memberikan segalanya,” ungkap Hernandez.