Pelitasumatera.com, PALEMBANG – Sejak Januari-September 2019, jumlah penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Sumatera Selatan mencapai 411.930 orang.
Apalagi, kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan masih saja menyelimuti Kota Palembang, Kamis (24/10).
“Jumlah itu (411.930 orang yang menderita ISPA) tercatat sejak awal 2019 lalu,” ujar Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sumatera Selatan, Ferry Yanuar.
Berdasarkan temuan kasus ISPA secara kumulatif, kata dia, rata-rata penderita ISPA di wilayahnya pada 2019 berada di kisaran 45 ribu hingga 50 ribu.
Kemudian, lanjutnya, pada April menjadi masa paling parah dengan jumlah mencapai 54.409 penderita, disusul Maret dengan 54.237 penderita, 50.862 penderita (Agustus), 50.837 penderita (Februari), 45.692 penderita (September), dan 44.142 penderita (Januari).
Dia menjelaskan, berdasarkan periode yang sama, 2019 ini lebih sedikit dari dua tahun lalu. Ia menyebut, pada Januari-September 2017 jumlah penderitanya 484.876 orang.
“Sementara di 2018 tercatat 443.384 penderita. Dan Kota Palembang menjadi daerah paling banyak jumlah penderita sebanyak 117.483 orang,” kata dia.
Ia menuturkan, sebelumnya Dinkes Provinsi Sumatera Selatan telah menerbitkan surat edaran kepada kabupaten dan kota di wilayahnya yang terdampak untuk melakukan antisipasi pencegahan ISPA akibat kabut asap selama musim kemarau.
Menurutnya, dalam surat tersebut diinstruksikan agar seluruh dinas kesehatan untuk menyiagakan fasilitas pelayanan kesehatan seperti poskesdes, puskesmas pembantu, puskesmas, dan rumah sakit.
“Biasanya balita lebih rentan terkena ISPA lantaran punya ketahanan tubuh yang lebih rendah dibanding orang dewasa. Gizi yang diterima balita terbagi dua kegunaan yakni untuk imunitas dan pertumbuhan.”
“Sementara orang dewasa membutuhkan gizi hanya untuk imunitas. Faktor lingkungan dan udara yang tidak sehat pun jadi penyebab balita mudah terserang penyakit termasuk ISPA,” ujarnya. (myd)