AHY Gagal Jadi Menteri, Andi Arief Singgung Dendam Mega

Kogasma Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono, menyampaikan keterangan pers usai bertemu Presiden Jokowi, di Istana Kepresidenan Bogor, Jabar, Rabu (22/5) pagi. (Foto: Ist)

Pelitasumatera.com, JAKARTA – Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat Andi Arief menyinggung gagalnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menduduki kursi kabinet Jokowi akibat masih adanya dendam Megawati kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Menurut Andi, Mega saat ini masih menaruh dendam pada Ketua Umum Partai Demokrat sehingga AHY ikut terkena imbasnya.

“Awalnya saya menduga dendam Ibu Megawati hanya pada Pak SBY, ternyata turun juga ke anaknya Agus Yudhoyono,” kata Andi Arief, Sabtu, 26 Oktober 2019.

Selama ini, AHY memang menjadi salah satu nama yang selalu disodorkan ke Jokowi agar menjadi menteri. Pertemuan antara SBY dan Jokowi sering dilakukan.

“Namun Pak Jokowi ternyata belum mampu meredakan ketegangan dan dendam ini. Tadinya saya melihat Pak Jokowi mampu,” kata Andi.

Dendam kepada AHY, kata Andi, sebenarnya tidak tepat. “Karena Agus Yudhoyono tidak pernah merencanakan hidup sebagai anak SBY. Itu takdir sejarah. Karena itu dendam Ibu Megawati hingga ke anak cucu SBY adalah dendam pada takdir,” ujarnya.

Sekadar diketahui, kabinet Indonesia Maju Jokowi-Ma’ruf telah diumumkan. Namun dari sederet nama menteri dan wakil menteri, tak ada nama AHY. Bahkan tak ada satupun perwakilan Demokrat yang dipilih Jokowi.

Sementara itu, politisi senior PDIP Aria Bima menilai pernyataan Andi Arief tidak mendasar. “Pernyataan itu hanya spekulasi sensasional. Ukuran rasionalnya apa?,” ujar Aria Bima.

Menurut Aria Bima, kerenggangan hubungan antara Megawati dan SBY telah selesai. “Jadi itu imajinasi ilutif. Hubungan Bu Mega dan Pak SBY itu sudah selesai,” kata dia.

Bima mengatakan, gagalnya Demokrat masuk ke dalam kabinet sebenarnya lebih karena sikap Demokrat sendiri yang selama ini terkesan bermain dua kaki.

“Bagaimana Andi Arief dan Demokrat tidak pernah jelas dan tegas dalam mengambil sikap. Jelas publik menyebut mereka sebagai politik dua kaki,” kata Bimo.

“Karena itu, silakan dengan dua kaki itu menjadi penyeimbang di luar. Tidak perlu mengaitkan dengan Ibu Mega segala,” kata dia. (net)