PD Pasar Palembang Jaya Tak Pernah Sumbang PAD

PD Pasar Palembang Jaya Tak Pernah Sumbang PAD. (Foto: Ist)

PALEMBANG – Pemkot Palembang menargetkan PD Pasar Palembang Jaya dapat merealisasikan target retribusi pasar sebesar Rp12 miliar pada tahun ini.

Namun, nyatanya hingga menjelang akhir tahun 2019 capaiannya baru Rp8 miliar dan dipastikan tidak tercapai lagi tahun ini.

Direktur Utama (Dirut) PD Pasar Palembang Jaya, Abdul Rizal mengatakan, target retribusi tahun ini tidak akan tercapai.

Karena bulan Oktober capaiannya baru sekitar Rp8 miliar dari target Rp12 miliar. “Hitungan saya, dalam dua bulan terakhir bisa dapat Rp1 miliar, jadi tinggal Rp3 miliar lagi,” ujarnya, Senin (16/12/2019).

Dengan jangka waktu dua minggu tersisa di akhir tahun 2019 ini, PD Pasar dipastikan tidak bisa menyumpang pemasukan kepada Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Rizal mengaku hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar, sebab dalam beberapa tahun ini, perusahaan plat merah itu juga tidak pernah minta penyertaan modal dari Pemkot Palembang.

“Selama ini kita tidak pernah minta penyertaan modal, jadi wajar jika PAD tidak pernah tercapai. Contohnya saja seperti SP2J Rp200 juta tahun ini, tapi penyertaan modalnya Rp20 miliar. Terus PDAM nyumbang juga, coba tanya berapa dia minta,” jelasnya.

Rizal mengatakan, target yang masih jauh untuk dicapai itu lantaran masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus dilakukan. Seperti penataan administrasi terkait pengelolaan pasar, baik swasta maupun pasar milik Pemerintah Kota Palembang yang dikelola pihak ketiga.

Rizal mengatakan, saat ini banyak pasar yang dikelola oleh koperasi, seperti pasar Alang Alang Lebar (AAL), pasar 16 Ilir, pasar Kuto dan pasar modern Plaju.

“Jadi di zaman Ali Marwan Hanan, koperasi bangun tempatnya, tanahnya milik Pemkot dengan sistem Build Operate Transfer (BOT) 20 tahun. Ini akan kita tata lagi termasuk administrasinya,” jelasnya.

Saat ini, kata Rizal, terdapat 19 pasar tradisional namun beberapa diantaranya sudah balik nama, termasuk juga sertifikat dari Pemkot harus dipercepat.

Karena itu masuk dalam penyertaan modal yang dilaporkan ke BPK setiap tahun. “Penyertaan modal dalam bentuk bangunan,” katanya.

Menurutnya, Pemkot pernah melakukan penyertaan modal pada lima tahun lalu Rp10 miliar. Hingga saat ini dana tersebut tetap mengendap di rekening.

Karena pendapatan asli PD Pasar sebesar Rp1,2 miliar banyak habis di operasional, seperti gaji, kegiatan dan penyusutan aset.

“Laporan BPK memang ada penyusutan, seperti bangunan yang seharusnya Rp9 miliar, bisa saja menjadi Rp8 miliar. Akibat apa, karena bisa saja karena jelek dan lain hal,” ujarnya.

Dari setiap persoalan itu, Rizal mengaku baru mengetahui ada persoalan tersebut dan kenapa tidak pernah laba dan terus merugi.

“Ternyata jika kita ada keuntungan Rp600 juta, tapi setelah ada penyusutan jadi rugi. Termasuklah penyusutan mobil yang masuk dalam penyertaan modal, hal itu berakibat terhadap pengurangan laba. Jadi kita yang bayar laba itu,” terangnya.

Rizal berencana akan melelang kendaraan yang menyebabkan penyusutan laba. Sehingga modal atau aset yang dimiliki dapat bertambah lagi.

“Apa yang saya anggap tidak produktif akan kita lelang. Karena jika tidak kita lakukan, maka kita akan terus nombok. Jadi lebih enak kita lelang dan beli mobil baru,” katanya.

Saat ini aset yang dimiliki PD Pasar sekarang berkisar Rp146 miliar. Kedepan ini akan didata ulang oleh pihaknya, karena jika sudah diukur ulang, akan ada perubahan.

“Harus didata ulang, karena ada surat lama sejak zaman Belanda dan bisa saja terjadi penyusutan sekitar 100 meter. Makanya akan kita dipatok ulang,” jelasnya. (yan)