PALEMBANG – Ekspor komoditas lada hitam asal Sumatera Selatan tercatat melejit hingga 200 persen pada bulan Maret 2020 dibanding bulan sebelumnya di tengah turunnya kinerja komoditas perkebunan lainnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel yang diterima, Kamis (16/4/2020), nilai ekspor lada hitam pada bulan lalu mencapai US$611.206 dengan volume sebanyak 317,85 ton.
Angka tersebut naik drastis dibanding Februari yang senilai US$195.275 dengan volume sebanyak 98 ton.
Kepala BPS Sumsel Endang Tri Wahyuningsih mengatakan ekspor lada hitam mulai terpantau menanjak sejak akhir tahun 2019 namun fluktuatif.
“Komoditas ini bisa jadi potensi baru yang dapat dikembangkan pemda untuk ekspor Sumsel,” katanya.
Menurut Endang, negara yang menjadi pasar utama untuk lada hitam adalah Vietnam. Setiap bulan terpantau komoditas itu dikirim ke negara tersebut.
Peningkatan ekspor lada tersebut juga sejalan dengan menanjaknya ekspor rempah-rempah dan tanaman obat ke sejumlah negara yang dipantau BPS Sumsel.
Sementara ada pula pengiriman ke 4 negara lainnya sejak Februari 2020, yakni ke Amerika Serikat, India, Singapura hingga Spanyol.
Dia mengatakan lada hitam produksi petani Sumsel dikirim melalui Pelabuhan Panjang di Provinsi Lampung.
Terpisah, Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil (P2HP) Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian, mengatakan perkebunan lada tersebar di 8 kabupaten/kota dengan jenis varietas berupa lada hitam.
“Mayoritas berada di Kabupaten Empat Lawang, OKU Timur, OKU Selatan dan Pagaralam,” katanya.
Adapun total luasan kebun lada di provinsi itu mencapai 11.873 hektare pada periode 2018. Sementara produksinya mencapai 8.108 ton.
“Ada 14.663 petani [kepala keluarga/KK] yang menanam lada di Sumsel. Petani dulu sempat menikmati harga bagus di atas Rp100.000 per kg, sekarang sekitar Rp30.000 per kg,” katanya. (net)