Klaim Indro Cahyono Atas Ketakutan Yang Berlebih Tentang Covid-19

Sumber: (Liputan 6.com)

JAKARTA—Akhir-akhir ini facebook diramaikan dengan pernyataan dari akun facebook Moh Indro Cahyono yang membagikan informasi tentang Hyper Realality Covid-19 yang di post, Kamis (16/4/2020).
Istilah Hyper Reality ini ia gunakan untuk menggambarkan kenyataan yang semu dan berlebihan.

Dilansir dari Tirto.id, Senin (20/4/2020) unggahan Indro tersebut sudah banyak dibagikan sebanyak 2,5 ribu kali, mendapatkan reaksi sebanyak 3,5 ribu orang dan dikomentari oleh 1.000 orang di Facebook .

Adapun postingan dari Moh Indro Cahyono tentang Hyper Reality Akut (HRA) dan Faktanya:
1. HRA: Virus Covid-19 pasti membunuh
Faktanya : Banyak penderita suspect yang sembuh & menjadi negatif
2. HRA : Penyebab kematian pasti hanya virus Covid-19
Faktanya : Korban Covid-19 memiliki kompikasi penyakit yang mematikan (Ginjal, Stroke, dan Jantung.
3. HRA : jika kena virus CoViD19 PASTI MENINGGAL.
Fakta : kita masih melihat manusia normal di depan mata kita TIDAK ADA mayat yg bergelimpangan di jalanan.

4. HRA : jenazah korban CoViD19 PASTI menyebarkan virus
Fakta : Jenazah korban CoViD19 sudah dimandikan & dibersihkan menggunakan sabun + desinfektan secara profesional di RS shg jenazah steril & TIDAK TERKONTAMINASI VIRUS.

5. HRA : diramal kematian akibat wabah akan jadi 2.5 JUTA manusia di Indonesia.
Fakta : meramal angka TOGEL 4 angka SANGAT SULIT apalagi 2.5 juta. Kematian di Indonesia ada di kisaran 400 korban di bulan ini, bahkan tanpa CoViD19 kematian normal malah LEBIH dr 400.

6. HRA : Virus CoViD19 GAK ADA OBATNYA & GAK ADA VAKSIN nya & pasti akan menyebabkan kematian.
Faktanya : Di kota Wuhan 97% pasien (+) SEMBUH bahkan TANPA VAKSIN, krn antibody tubuh mampu merespon serangan virus ini.

7. HRA : pemakaian vit E + C utk menangani respon virus adalah sesat
Fakta : Bahkan di Wuhan & RS utk menaikan antibody melawan virus menggunakan vit E + C 8. HRA : solusi wabah virus CoViD19 adalah LOCKDOWN KOTA atau negara. FAKTA : Negara yg menetaokan lockdown justru menimbulkan CHAOS & KEKACAUAN krn banyak yg tidak bisa bekerja & gak punya penghasilan. Sementara solusi penyakit virus adalah menaikan antibody & pola hidup bersih.

Klaim pertama, soal “penderita suspect (+) yg SEMBUH & menjadi (-)” memang benar. Mengambil contoh Jakarta, misalnya, dari 2.865 orang Pasien Dalam Pengawasan (PDP), terdapat 52 persen atau 1.492 orang yang sembuh dan dibolehkan pulang per 17 April. Sementara di Jawa Barat, dari 2.892 total PDP, sebanyak 44,61 persen atau 1.290 orang telah selesai pengawasan dan sembuh.

Pada poin kedua, Indro mengklaim korban meninggal COVID-19 tidak hanya disebabkan oleh wabah tersebut, melainkan juga komplikasi penyakit yang mereka bawa, seperti ginjal, diabetes, stroke, dan jantung. Namun, menurut dokter spesialis paru yang bertugas di RSUP Persahabatan Jakarta, Erlina Burhan, pernyataan Indro bahwa korban COVID-19 meninggal hanya dikarenakan penyakit penyerta tidak tepat. Logikanya, orang yang sakit itu tidak lantas akan meninggal jika tidak terkena COVID-19. “Dia bilang orang meninggal karena stroke, hipertensi, sakit gula, dan lain-lain. Sekarang coba dibalik. Orang yang sakit stroke, jantung, hipertensi kalau enggak ada Corona, enggak mati, kan?” kata Erlina melalui sambungan telepon, Jumat (17/4/2020).

Pada poin ketiga, Indro menyampaikan bahwa “tidak ada mayat bergelimpangan di jalanan” sebagai sanggahan dari “jika terkena COVID-19 pasti meninggal”. Di Indonesia memang banyak pasien yang sembuh dari virus Corona. Per 17 April misalnya, dari 5,9 ribu kasus positif, ada 607 orang yang sembuh. Namun, fakta bahwa terdapat 520 korban meninggal tidak dapat dikesampingkan.

Terkait poin keempat, perlu diketahui bahwa dalam langkah pemulasaran jenazah yang dianjurkan Kemenkes, tidak ada bagian yang menyebutkan jenazah korban COVID dimandikan dan dibersihkan dengan sabun dan disinfektan. Petugas yang menangani jenazah juga harus menggunakan APD lengkap saat menangani jenazah. Sementara jenazah harus terbungkus dalam kantong yang tidak mudah tembus cairan. Jenazah juga harus dikebumikan tidak lebih dari 4 jam setelah meninggal tanpa adat istiadat atau prosesi upacara agama tertentu.

Pada poin selanjutnya Indro menyebutkan tidak mungkin meramalkan kematian 2,5 juta orang karena COVID-19 saja. Tidak jelas dari mana angka prediksi 2,5 juta kematian ini berasal karena akun tersebut tidak mencantumkan sumber yang dirujuk. Namun, berdasarkan ilmu pemodelan tertentu, sejumlah lembaga memang meramalkan angka kematian yang cukup tinggi akan terjadi di Indonesia akibat COVID-19. Salah satunya dilakukan oleh tim simulasi dan pemodelan Covid-19 Indonesia (SimcovID). SimcovID memprediksikan bahwa jika Indonesia menerapkan PSBB alih-alih karantina wilayah, jumlah kasus yang COVID-19 yang terlaporkan akan mencapai 872.346 kasus dengan 60 persen pasien atau sekitar 523 ribu orang berpotensi meninggal.

Poin selanjutnya adalah klaim “Di kota Wuhan 97% pasien (+) SEMBUH bahkan TANPA VAKSIN, krn antibody tubuh mampu merespon serangan virus.” Faktanya, NPR melaporkan bahwa terdapat sebanyak 5 hingga 10 persen pasien positif COVID-19 di Wuhan yang dinyatakan sembuh dan dinyatakan negatif kembali terdeteksi positif COVID-19.

Selanjutnya poin ketujuh, Indro mengklaim bahwa “di Wuhan & RS utk menaikan antibody melawan virus menggunakan vit E + C”. Di artikel misinformasi sebelumnya, Indro juga mengimbau agar masyarakat cukup menjaga kebersihan dan mengkonsumsi vitamin E. Namun, seperti ditulis Tempo, vitamin E bukan satu-satunya nutrisi yang dibutuhkan untuk melawan COVID-19. Mikronutrisi, seperti vitamin A, B, C, D, dan E, serta mineral zat besi, selenium, dan seng atau zinc sangat penting melawan infeksi. Penelitian menunjukkan bahwa meningkatkan nutrisi dapat membantu mendukung kerja sistem imun yang lebih optimal.
Poin terakhir, “Negara yg menetapkan lockdown justru menimbulkan CHAOS & KEKACAUAN krn banyak yg tidak bisa bekerja & gak punya penghasilan. Sementara solusi penyakit virus adalah menaikan antibody & pola hidup bersih.” Poin ini memang benar jika hanya merujuk pada contoh kasus di India saja. Tak sampai seminggu setelah ditetapkan, lockdown total di India menyebabkan eksodus ribuan pekerja imigran, ancaman kelaparan massal, kekerasan, dan kematian. Kritik disampaikan kepada Perdana Menteri India Nahrenda Modi karena kebijakannya dinilai minim perencanaan. Pemerintah India dinilai tak punya rencana jelas tentang apa yang mesti didahulukan dan apa yang tidak.

“Pemerintah menghabiskan 20 ribu lakh rupee untuk merenovasi gedung parlemen dan pusat pemandangan, delapan ribu lakh rupee untuk membeli senapan senjata ringan, dan hanya 15 ribu lakh rupee untuk infrastruktur kesehatan,” tulis politikus Dipankar Bhattacharya dalam opininya di National Herald. Di sisi lain, lockdown di beberapa negara menunjukkan tidak terjadi “chaos & kekacauan” seperti yang disebutkan akun Indro kendati memang banyak warga yang tidak dapat bekerja dan tidak mendapat penghasilan.
Kasus di Cina bahkan menunjukkan bahwa lockdown berjalan dengan dukungan dari komunitas masyarakatnya sendiri. Di Wuhan, misalnya, pekerja komunitas dan sukarelawan mengorganisasikan pembelian kebutuhan dan makanan di aplikasi WeChat. Layanan pengiriman ini membuat hidup jauh lebih mudah pada saat krisis. Italia sejauh ini juga dapat bertahan lewat dana sebesar USD4 miliar yang digelontorkan pemerintah bagi sektor bisnis terdampak seperti transportasi, pariwisata, dan rumah sakit. Sumbangan dana ini menjadi penting agar masyarakat bisa terus beraktivitas. Sisanya, Italia masih menerima bantuan dari negara lain, termasuk Cina.

Dari semua pernyataan yang dilontarkan Moh Indro Cahyono yang disampaikan melakui akun Facebooknya Indro Cahyono tentang Hyper Reality ini bertujuan dengan maksud baik, namun beberapa klaim yang disampaikan akun itu bersifat salah sebagian dan menyesatkan (partly false & misleading). Tidak semua negara yang menerapkan kebijakan lockdown berujung pada chaos dan kekacuan.

Selain itu, tidak semua pasien yang dinyatakan sembuh benar-benar sembuh “bahkan tanpa vaksin.” Kenyataannya, terdapat sejumlah pasien di Wuhan yang kembali dinyatakan positif COVID-19 setelah dinyatakan sembuh. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan vaksin untuk virus corona baru SARS-CoV-2 ini memang memegang peranan penting dalam upaya untuk melawan virus ini.