Pelitasumatera.com, PALEMBANG – Bulan Januari dan Februari adalah puncak kasus demam berdarah dengue (DBD). Karena itu, masyarakat Kota Palembang diimbau untuk terus menjaga kebersihan lingkungan.
“Kasus DBD memang banyak terjadi di awal tahun. Sejak 2015, kasus DBD terjadi di bulan Januari dan Februari,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Palembang, dr Letizia, melalui Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), Yudhi Setiawan.
Yudhi menerangkan, hingga saat ini jumlah kasus DBD per 23 Januari 2019 sudah mencapai 99 kasus, meningkatkan dibandingkan kasus DBD pada Januari tahun lalu yang sebanyak 63 kasus. “Ini data yang kita dapatkan berdasarkan laporan dari rumah sakit,” katanya.
Yudhi mengatakan, pihaknya akan membentuk tim untuk mendata dan mendatangi rumah sakit secara langsung untuk mendata penderita DBD. Ia juga mengimbau masyarakat untuk menggencarkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk mencegah DBD.
PSN adalah langkah pertama untuk mencegah DBD. Yakni dengan cara membersihkan tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, menyingkirkan atau mendaur ulang tempat-tempat yang berpotensi jadi sarang jentik nyamuk.
“Jika anak demam selama dua hari tak turun segera bawa ke rumah sakit. Karena banyak kasus diketahui setelah berhari-hari dan ini sangat berbahaya jika tak ditangani secara langsung,” katanya.
Ditambahkannya, nyamuk Aides Agepty ini juga suka di air bersih dan tergenang. Seperti di air kamar mandi, di tempayan, tatakan dispenser, vas bunga, dan tempat penampungan air. “Fooging juga telah kita lakukan hampir di 50-an titik di kota Palembang untuk membasmi nyamuk aides ini,” terang Yudhi.
Menurutnya, fogging ini terus dilakukan selama permintaan dan rekomendasi dari rumah sakit untuk melakukan fogging. Selain itu, Dinkes juga telah memberikan larvasida ke 41 Puskesmas yang ada di kota Palembang guna mencegah bahaya DBD ini.
“Larvasida ini sudah kita distribusikan ke puskesmas. Masyarakat bisa meminta secara gratis,” ujarnya.
Direktur Utama RSUD Palembang BARI, dr Makiani Qolyubi, mengatakan untuk di RSUD Bari kasus DBD belum terlihat peningkatannya. Per 23 Januari, jumlah kasus DBD yakni sebanyak 39 kasus. Dan bulan Desember 2018 lalu hanya 35 kasus.
Penulis: Yanti