Pelitasumatera.com, LAHAT – Kemarau yang terus berlanjut melanda Kabupaten Lahat, kini mulai menghawatirkan sebagaian warga Kota Lahat karena mengalami krisis air bersih.
Terlebih, bagi warga yang selama ini hanya mengandalkan air sumur untuk mencukupi kebutuhan air bersih sehari-hari seperti mandi, cuci dan kakus (MCK).
Pasalnya, banyak sumur warga yang saat ini mengering. Warga Lahat pun kini terpaksa mulai mengandalkan air Sungai Lematang untuk mencukupi kebutuhan air bersih tersebut.
Kendati jarak tempuh yang cukup jauh dan kondisi air Sungai Lematang yang kurang baik jika untuk dikonsumsi namun warga tidak memiliki pilihan lain.
“Kalau kami sudah nak sebulan ini setiap mau cuci baju pergi ke Sungai Lematang. Begitu juga mandi. Sumur yang selama ini menjadi andalan mengering. Kalau tidak ke Lematang tidak bisa cuci baju dan peralatan lainnya,” ujar Mardah (42) warga Kota Baru, Lahat, saat dibincangi Minggu (15/9).
Sementara, dikatakan Mardah, untuk memenuhi kebutuhan memasak ia terpaksa menggunakan air galon. Sesekali, ia juga membeli air tedmon untuk mandi.
“Kita terpaksa beli. Tapi air yang dibeli hanya untuk mandi dan masak. Untuk cuci terpaksa kita tumpuk dahulu. Berat karena setiap harinya harus keluar uang untuk beli air. Disamping itu menganggu aktifitas,” ujarnya.
Nasib yang sama juga dialami Evita (45) warga Bandar Agung Lahat. Di tengah krisis air bersih saat ini dirinya sendiri berharap adanya bantuan air baik dari pemerintah daerah (Pemda) Lahat, maupun pihak lain seperti PDAM yang dibagikan gratis kepada warga.
“Kita beli dalam satu tedmon ukuran 1000 liter bisa sampai Rp 60 ribu. Itu kalau digunakan untuk seluruh kebutuhan paling lama dua hari habis,” ujarnya. (net)