JAKARTA–Pemerintah sendiri telah merilis surat utang negara global (global bond) sebesar US$ 4,3 miliar pada Selasa (7/4). Penerimaan negara berkurang lantaran kinerja korporasi ikut terpuruk akibat pandemi.
“Ini hal-hal yang tidak pernah dilakukan sekarang dilakukan. Indonesia juga sama, sekarang dalam kondisi Covid masyarakat kena PHK, kemiskinan, tidak bisa bekerja, korporasi, kekurangan penerimaan, dan kredit,”ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dilansir dari CNN Indonesia, Sabtu(2/5/2020).
Lebih lanjut, surat utang negara Global terdiri dari tiga seri yakni RI030, RI1050, dan RI0470. Namun, penerbitan surat utang global tersebut menuai kritikan dari sejumlah kalangan maupun publik.
Meskipun merilis surat utang, bendahara negara tersebut menyatakan pemerintah tetap berhati-hati dalam menjaga keuangan negara. Salah satunya dengan memangkas belanja tidak prioritas untuk penanganan Covid-19.
Di sisi lain, pemerintah telah melonggarkan ketentuan defisit APBN di atas 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) sampai 2022. Pasalnya, tambahan belanja akan memperlebar defisit anggaran.
Sri Mulyani menuturkan, Indonesia bukanlah negara satu-satu yang menerbitkan utang negara untuk menanggulangi covid19. Bahkan, negara-negara dengan ekonomi skala besar seperti Amerika Seikat (AS), Arab Saudi, Jepang, dan Inggris juga merilis utang untuk membiayai keuangan negara di tengah pandemi.
“Mereka membantu pengangguran, UKM juga, mereka membantu supaya tidak bangkrut. Maka digunakanlah tadi instrumen, ini terjadi di Jerman, Italia, Prancis, Inggris, Jepang, Thailand tetangga kita,”katanya.
lanjutnya, dalam hal ini pemerintah menambah utang untuk menjaga perekonomian. Misalnya, untuk menggelontorkan insentif kepada UMKM dan pengusaha, sektor kesehatan untuk menangani Covid-19, dan sebagainya.