Jakarta – Menuju Pemilihan Presiden (Pilpres) Indonesia 2024, beberapa nama telah digadang-gadang sebagai kandidat calon pemimpin negara yang kuat.
Salah satunya adalah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, yang disebut-sebut akan jadi jagoan Partai NasDem di pemilihan umum (Pemilu) mendatang.
Hal ini sempat disinggung advokat dan ahli hukum tata negara, Refly Harun dan Pengamat Politik, Rocky Gerung.
Sejak gelar Governor for Inclusive Economic Growth dinobatkan kepada Anies Baswedan, Rocky menilai intrik-intrik rahasia kecil di balik niat NasDem sudah jelas terlihat.
Pasalnya, penobatan diberikan dan disiarkan oleh stasiun TV yang yang berafiliasi dengan partai politik NasDem.
Menurut Rocky, acara tersebut merupakan momentum bagi Nasdem untuk mengirimkan sinyal pada publik. Semacam pesan tersirat bahwa Anies Baswedan akan mempresentasikan kelompok mereka di pilpres nanti.
Rocky Gerung lantas mengklaim bahwa saat ini petahana sedang ketar-ketir mengantisipasi sosok Anies Baswedan.
Pasalnya, pemerintah menurut Rocky tampak mati-matian melucuti Anies, melayangkan segala macam tuduhan bagi Gubernur DKI Jakarta tersebut untuk mematikan reputasinya.
Padahal menurut Rocky, langkah tersebut tidak akan berguna jika petahana tak memiliki lawan sepadan yang bisa diduelkan dengan Anies Baswedan.
“Mestinya, partai-partai seputar istana ini cari figur untuk menandingi Anies bukan dia melucuti Anies. Anies dilucuti nggak ada figur menantang sama juga nggak ada gunanya, tetap Anies di atas,” tutur Rocky, dikutip dari YouTube Refly Harun, Sabtu, 7 Mei 2022.
Jika ditilik dari kendali kuasa, seharusnya petahana atau partai-partai seputar istana negara tidak perlu khawatir dikalahkan dalam pemilu.
Lantaran memiliki cengkraman kuat dan sudah jadi rahasia umum petahana sebagai penguasa TNI, polisi, dan birokrasi.
Namun, dalam pandangan Rocky Gerung, terdapat alasan kuat yang mendasari ketakutan petahana terhadap sosok Anies Baswedan.
Menurutnya, petahana bukan menakuti sosok Anies melainkan takut terhadap perubahan paradigma yang dibawa Anies sebagai wakil dari kelas menengah, akademisi, dan komunitas muslim.
“Sebetulnya kalau dihitung-hitung berapa persen (suara) yang berasal dari (kelompok) itu. Tapi ada ketakutan bahwa paradigma akan berubah. Bukan Aniesnya, tapi Anies akan merubah cara ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat bekerja. Itu yang ditakutkan,” tutur Rocky.