Muara Enim – Sekretaris Daerah Muara Enim Ir Yulius mengikuti webinar nasional yang diadakan Kementerian Kesehatan dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Kurbuk (TBC) Kurtup Sedunia, Kamis (06/04).
Ketua Umum Asosiasi Dinas Kesehatan (Adinkes) dr Subuh menyebut pemberantasan TB dan rokok merupakan program prioritas pemerintah yang harus dilaksanakan oleh semua Dinas Kesehatan di seluruh Indonesia.
Adinkes telah berupaya memediasi untuk mensosialisasikan upaya pemberantasan TB dan berhenti merokok.
Namun kata Subuh, data terakhir pada tahun 2022 terjadi peningkatan perokok pemula di Indonesia, padahal pada RPJMN target penurunan rokok 8,7 %, sementara kenyataan mencapai 9% lebih.
“Ini menjadi keprihatinan kita. Kita berharap dengan upaya-upaya yang telah dilakukan selama ini, target eliminasi TB dan rokok akan tercapai dengan baik,” tukasnya.
Sementar itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, berdasarkan data WHO Tahun 2022, Indonesia merupakan negara dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia setelah India
Dan untuk pengendaliannya, pada tahun 2022, telah berhasil mengidentifikasi 74% atau 717.941 kasus dari estimasi kasus TBC di Indonesia berjumlah 969.000.
“Ini pencapaian luar biasa dan pertama kalinya di Indonesia, berkat kolaborasi berbagai pihak. Target saya 2024, 90% orang yang berpotensi TBC itu bisa teridentifikasi atau di angka 800ribuan,” imbuhnya.
Menkes juga mengatakan, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terjadi peningkatan signifikan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang, yaitu dari 60,3 juta (2011) menjadi 69,1 juta (2021).
Hasil survei Global Adults Tobacco Survey (GATS) juga menunjukkan adanya kenaikan prevalensi perokok elektronik hingga 10 kali lipat, dari 0.3% (2011) menjadi 3% (2021). Sementara itu, prevalensi perokok pasif juga tercatat naik menjadi 120 juta orang
“Strategi pengendalian tembakau di Indonesia diarahkan pada pencapaian target RPJMN tahun 2020-2024, yaitu penurunan prevalensi perokok usia 10-18 tahun dikarenakan terjadinya peningkatan konsumsi rokok baik rokok konvensional maupun rokok elektrik terjadi lebih besar pada kelompok anak dan remaja,” ungkapnya.