PALEMBANG – Tingkat hunian kamar hotel di Kota Palembang anjlok sekitar 10 persen—15 persen akibat dampak ekonomi dari pandemi COVID-19.
Public Relation The Arista Hotel Palembang, Witanto Damayansyah, mengatakan hotel bintang lima itu tetap beroperasi meski terjadi penurunan okupansi yang signifikan.
“Kondisi saat ini kami tetap beroperasi, okupansi jelas turun hingga 90 persen, rata-rata sekarang hanya 10 persen,” katanya dikutip dari Bisnis, Senin (6/4/2020).
Menurut dia, pihaknya tetap membuka operasional hotel lantaran masih ada tamu yang berkunjung ke restoran di hotel tersebut. Mayoritas pengunjung memilih take away makanan atau minuman yang dipesan.
“Semua tamu yang datang tetap harus melalui prosedur yang sudah ditetapkan seperti pemeriksaan suhu tubuh sebelum masuk ke dalam hotel,” katanya.
Selama masa rendahnya tingkat hunian kamar itu, kata Witanto, manajemen berupaya menyempurnakan fasilitas hotel yang selama ini tidak dapat dilaksanakan saat okupansi tinggi.
Sepinya tamu yang menginap juga terjadi pada Hotel Aryaduta Palembang.
Marketing Communication Executive Aryaduta Palembang, Valensia Rosyendra, mengatakan kondisi saat ini merupakan titik terendah bagi hotel bintang lima itu dari sisi tingkat hunian kamar.
“Kondisi saat ini sangat berbeda jika dibandingkan low season. Kalau low season okupansi masih berkisar 60%-70%, saat ini hanya 10%-15%,” katanya kepada Bisnis.
Sebagai strategi bisnis, pengelola hotel pun telah mengubah jam operasional dengan tujuan untuk menekan cost atau biaya operasional.
Selain itu, kata dia, pihaknya berupaya mengikuti perkembangan bisnis dengan menawarkan jasa selama masa penanggulangan COVID-19.
“Kami tawarkan layanan clean & sanitize di rumah atau pun kantor para costumer, menawarkan untuk food delivery juga. Dan ada pula paket work from hotel serta self isolation package,” paparnya.
Sebelumnya, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumsel mencatat ada 6 hotel di provinsi itu yang tutup operasional sementara karena sepi pengunjung dampak dari COVID-19.
Ketua PHRI Sumsel Herlan Aspiuddin, mengatakan dari enam hotel, empat di antaranya berada di Palembang.
Keenam hotel tersebut, yakni Hotel Santika Premiere, Sanjaya, Rajawali, dan Shofa Marwah. Sementara dua lainnya adalah Hotel Dafam di Lubuklinggau dan Hotel Dewi Martapura di OKU Timur.
“Selain dari enam hotel itu, ada tiga hotel lainnya yang melakukan sistem buka tutup. Terkait masalah karyawan manajemen hotel melakukan kebijakan untuk merumahkan sementara, atau cuti di luar tanggungan,” katanya.