Juergen Klopp yang Rendah Hati

LIVERPOOL – Juergen Klopp berhasil membawa Liverpool menyudahi puasa gelar Liga Inggris. Namun, pencapaian itu tidak lantas membuat Klopp merasa dirinya istimewa.

Liverpool sukses memenangi titel juara liga pertamanya dalam 30 tahun dengan penampilan dominan. The Reds bahkan bisa membuat musim 2019/2020 menjadi lebih manis karena masih berpeluang mematahkan rekor 100 poin yang dibukukan Manchester City.

Setelah terakhir kali juara liga di bawah asuhan Kenny Dalglish, Liverpool mesti melewati tujuh era manajer sebelum Klopp. Pelatih asal Jerman itu melabeli dirinya sendiri “the normal one” usai didapuk sebagai pengganti Brendan Rodgers pada Oktober 2015. Dia berkukuh sebutan itu tidak berubah sampai sekarang.

“Saya masih the normal one. Saya tidak spesial,” ucap Klopp kepada Mirror. “Saya memiliki sedikit skill, dan untungnya, mereka semua dibutuhkan di dalam sepakbola, hal yang sangat saya cintai. Tapi itu saja kok. Saya tidak spesial. Saya tidak memancing pujian.”

“Saya pikir saya adalah orang yang baik, saya pikir saya adalah orang yang menyenangkan. Sepertinya itu membosankan ya, tapi itu yang sebenarnya.”

Gelar juara Liga Inggris menambah koleksi trofi Klopp bersama Liverpool. Sebelumnya, Klopp sudah membantu pasukan Merseyside merah itu menyabet trofi Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub.

Kontrak Klopp di Anfield akan habis pada 2024, yang sekaligus menandai bahwa kariernya sudah berjalan selama 23,5 tahun. Sementara itu Klopp sempat mengungkapkan niatnya untuk melatih selama 25 tahun saja.

“Ketika saya menjadi manajer [di usia 33 tahun], saya sudah berpikir … ‘baik, 25 tahun yang penuh tenaga dimulai’.

“Saya menghabiskan tujuh setengah tahun di Mainz, tujuh tahun di Dortmund dan di 2024 akan menjadi 23,5 tahun. Saya tidak punya rencana setelahnya.”