Kampung Keramasan Pertahankan Tradisi Hajatan

Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang, Isnaini Madani (Foto: Ist)

PALEMBANG – Nama Keramasan tidak banyak warga Kota Palembang mengetahui letak persisnya. Kampung yang berada di ujung Kota Palembang, tepatnya di Kecamatan Kertapati ini.

Keramasan diambil dari nama anak Sungai Musi, yang aliran airnya tidak sederas induknya sungainya, memiliki tekstur sungai lurus memanjang tidak berliku menjadikan sungai yang mitos banyak ditungui buaya muara ini menarik untuk dikunjungi.

Terlebih tingkat kejernihan air menjadi panorama yang patut dikunjungi karena ditumbuhi biota rumput yang membuat air di kampung yang banyak menelurkan pendayung handal dari Kota Palembang ini berwarna kebiruan.

Pada tahun 2016 lalu untuk pertama kalinya tradisi hajatan warga Keramasan baru banyak dikenal banyak warga Kota Palembang, terlebih wisatawan domestic setelah diangkat Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang melalui Dinas Pariwisatanya menjadi agenda tahunan event wisata.

Tradisi perayaan lomba bidar mini, pada masanya hanya menjadi perlombaan rutin antar kampung setiap merayakan moment tertentu, bidar berukuran lima meter didayung lima orang hanya sebatas lomba hiburan warga.

“Setiap 15 Maret lomba bidar mini ini sudah masuk dalam agenda tetap Pemkot Palembang,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang Isnaini Madani, Senin (2/3/2020).

Meski Palembang terkenal akan banyak anak sungai, Sungai Keramasan mempunyai tradisi khusus tersendiri, yang berawal aktifitas warga menjadikan sungai sebagai denyut nadi ekonomi pada masanya, berinisiatif menjadikan aliran sungai menjadi ajang adu ketangkasan berlomba mendayung cepat diatas perahu kecil yang sekarang berkembang menjadi bidar mini.

“Event tahunan ini sudah dimulai sejak tahun 2016 lalu, alhamdulilah setiap kali lomba ini digelar banyak sekali warga yang berdatangan untuk menyaksikan langsung,” kata Isnaini.

Tingginya antusias warga yang ingin menyaksikan keterampilan dan kekompakan mendayung perahu kecil ini, disebut juga pendayung dari Sungai Keramasan ini sempat mengharumkan nama Palembang ditingkat nasional hingga mancanegara pada lomba dayung pada tahun 1980.

“Dari event ini banyak sekali pelajaran yang bisa diambil mulai dari kekompakan, hingga menguasai keahalian khusus mendayung cepat secara serentak diatas bidar kecil,” ungkapnya.

Berkembangnya event tahunan ini, membuat Pemkot Palembang berinisiatif peserta lomba tidak hanya mengikutsertakan kaum pria dewasa saja, kaum hawa, khususnya ibu rumah tangga hingga anak anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) juga dilibatkan sebagai peserta.

“Sekarang pesertanya tidak hanya warga Keramasan saja, akan tetapi juga sudah melibat kecamatan lainnya, setiap event ini gelar langsung disaksikan Walikota Palembang yang didaulat warga untuk membuka perlombaan ini, tentunya ribuan warga setempat berjajaran di bantaran sungai diatas rumah rakit mereka menyaksikan dan menjadi pendukung jagoan mereka,” jelas Isnaini.

Isnaini berharap, bidar mini ini, juga dapat menjadi magnet wisata di Kota Palembang, selain event tahunan bidar prestasi yang didayung 24 pendayung dan bidar tradisional yang didayung 58 pendayung ahli yang dihelat saat perayaan HUT RI.

“Pendayung bidar mini ini sebagai filter untuk pendayung bidar prestasi dan bidar tradisional, tidak menutup kemungkinan pendayung tingkat nasioanal,” tegasnya. (zaz)